

Peristiwa banjir ini disebabkan meluapnya sungai yang membuat akses jalan tertutup lumpur dengan ketinggian beragam, juga sampah yang berserakan di sudut-sudut kota. Keprihatinan terkait musibah ini memunculkan trending tagar #prayformasamba dan #banjirluwuutara di Twitter. Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar Nur Asia Utami mengatakan, banjir bandang tersebut diakibatkan hujan lebat yang dipengaruhi suhu muka laut di Teluk Bone.
Selain itu, lanjut dia, banjir juga terjadi sebab terdapat daerah belokan angin atau yang disebut konvergensi di wilayah Sulawesi bagian tengah. Kondisi ini memicu pertumbuhan awan konvektif atau cumulonimbus yang membuat terjadinya hujan lebar. “Berdasarkan analisa citra satelit BMKG, pertumbuhan awan konvektif terjadi di wilayah sulawesi tengah dan bergerak ke Luwu Timur dan Luwu Utara, Curah Hujan yang cukup tinggi terkonsentrasi di wilayah hulu Luwu Timur,” ujar Nur Asia. Pihaknya mengingatkan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi hingga 3 hari. “Namun untuk tiga hari ke depan intensitasnya sudah menurun,” paparnya. Nur Asia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan curah hujan yang tinggi, mengingat masih adanya potensi hujan yang akan terjadi.
PSMTI PEDULI